PWRI DPD PROVINSI LAMPUNG
Berita DPCSiaran pers

Inpiratif Ketum PWRI, Untuk Dedikasi Kinerja Seorang Wartawan Pada Momen Pengukuhan DPD dan DPC se-Lampung

×

Inpiratif Ketum PWRI, Untuk Dedikasi Kinerja Seorang Wartawan Pada Momen Pengukuhan DPD dan DPC se-Lampung

Sebarkan artikel ini

PWRILAMPUNG-Bandar Lampung. | Dr Suryanto.,SH,MH.MKn. Ketua Umum PWRI, sengaja datang ke Tanah “Sai Bumi Khua Jurai” pada Rabu lalu 25/9/24. Demi menghadiri hajat bersejarah PWRI di Bumi Lampung.

Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) Provinsi Lampung beserta Dewan Pimpinan Cabang (DPC) se-Lampung di Kukuhkan bersama, oleh Ketua OKK DPP, Tommy, Saputra, SH,MH. Sekaligus memberikan SK kepada masing-masing pengurus pada Kamis, 26/9/24.

Kegiatan yang menjadi tolak ukur kebersamaan dalam berlembaga itu, berlangsung meriah di Ballroom Hotel Sheraton, Jl. Wolter Monginsidi No.175, Gulak Galik, Kec. Tlk. Betung Utara, Kota Bandar Lampung. Yang dihadiri oleh pejabat Forkopimda Provinsi Lampung dan Daerah, Pimpinan Organisasi Pers, Tokoh Agama, serta Tokoh Masyarakat dan Tamu Undangan lainya.

Melalui Podium Dr Suryanto.,SH,MH.MKn. Ketua Umum PWRI, meniupkan inpirasi, dan membangkitkan semangat pengurus PWRI beserta Jajaran Anggota, hingga Para Tamu Undangan yang hadir, dalam pidato nya DR. Suryanto menjelaskan, Tiga Pena Lambang PWRI yang tertuang pada lagu Mars Persatuan Wartawan Republik Indonesia yang Ia rilis pada Tahun 2014 bersama Sahabatnya.

Untuk Dedikasi Kinerja Wartawan, khususnya yang tergabung didalam Keanggotaan PWRI di seluruh Nusantara tercinta ini.

“Ada Tiga Pena lambangnya PWRI jika untuk dedikasi kinerja wartawan sudah saya tuangkan pada Mars PWRI, saya menciptakan bersama BP. Malawo di Tahun 2014. Jadi pada lagu Mars PWRI para wartawan sudah bisa menjalankan tugasnya, bekerjasama dengan semua elemen bangsa untuk bekerja secara profesional berdasarkan Pancasila untuk kejayaan NKRI,”ujar Wartawan Sinar Indonesia pada Thn 2005 itu.

Selanjutnya Ia menjelaskan, ” Tiga Pena memilki arti tersendiri. Asah, Asih dan Asuh. Didalam Asah, ini yang saya meminta kepada semua pengurus dan anggota Wartawan Persatuan wartawan Republik Indonesia di Lampung, untuk lebih profesional mencari ilmu dalam menjalankan tufoksinya sebagai wartawan dan jurnalis, jangan malah membuat berita-berita yang justru menyesatkan. Karena di era digitalisasi, yang juga perlu kita memiliki payung hukum yang kuat, untuk memayungi kegiatan saat ini.

Karena ITE belum bisa memayungi seluruh perbuatan-perbuatan kejahatan di dunia Maya, karena faktanya hingga saat ini Legislatif kita, DPR RI belum responsif tentang gratifikasi UU ITE Internasional yang dibuat oleh dewan erofa agar penegakan hukum kejahatan siber international lebih mudah tidak ada hambatan degan juridiksi hukum dalam penindakannya, Pada tahun 2000 na itulah poin pertama pada Asah,”sambung Pendidik Filsafat Ilmu Hukum tersebut.

Sedangkan Asih,” jadi kita sebagai wartawan harus perduli dengan masalah kejadian-kejadian sosial yang sedang terjadi didalam tatanan kehidupan kita berbangsa dan bernegara.
Kemudian Asuh, ini pun tertuang didalam lagu mars PWRI, agar kita senantiasa bekerja sama, baik antar lembaga yang ada. Juga Forkopinda se-provinsi Lampung, dengan Masyarakat sampai Pemerintahan se-Indonesia,”timpal Ketum DPP PWRI.

Namun saat ini tugas yang perlu kita sikapi dan telusuri, itu poin kedua, mengenai kepedulian Sosial. Karena saat ini sedang viral di link brita, media sosial lainya, tentang oknum-oknum Balawi yang mengaku ngaku sebagai Juriah Nabi. Oknum habib merubah tatanan budaya leluhur bangsa Indonesia.
Itulah tugas wartawan, jadi wartawan harus mampu menyelidiki itu untuk berbuat sosial guna menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia,”terang Dr Suryanto.,SH,MH.MKn.

Kembali Ketum mengingatkan,”jadi wartawan jangan hanya ingin mencari-cari kesalahan kepala sekolah, Guru-guru, itu sangat memalukan.
Saya mengutip penyampaian Pembina PWRI Lampung, Rahmat Mirzani Djausal (RMD) di sela-sela sambutan beliau mengatakan, agar PWRI bisa mendukung program Bapak Presiden terpilih Prabowo Subianto mencapai Indonesia Emas. Ini baik sekali dan tugas mulia jadi sangat setuju,”lanjutnya.

Tetapi itu semua, harus sesuai dengan tatanan menurut saya. Sedikit saya bercerita pengalaman Pribadi, kebetulan beberapa hari yang lalu berjumpa dengan keponakan kandung, sedang berlibur Dia smester III Kedokteran di Rusia. Dan kami berdialog, saya bertanya. Nanti setelah tamat???

Keponakan menjawab,” saya mau lanjut S2 Kedokteran ke Inggris.
Jadi gx pulng, Kenapa setelah tamat tidak pulang ke Indonesia.??
Keponakan menjelaskan,”Alhamdulillah dapet Beasiswa om, dan kemudian di negara kita semua dipersulit jadi bagaimana saya hendak mengabdi di negara kita, saya begitu tamat di tawari pekerjaan di Rusia dan juga saya di Rusia tidak pernah bedah Mayat. Tetapi saya membedah Patung yang asli mirip menyerupai manusia aslinya.

Na itulah perbedaan kita Lanjut Ketum DPP PWRI,”memang Indonesia tidak bisa saudara-saudara? Tentu bisa.. tetapi jika anggaran Pendidikan 200 Triliun tidak dituangkan kepada kebutuhan sebagaimana mestinya, bagai mana Indonesia mau cerdas. Bagaimana kita bisa menghadapi Indonesia Emas. Karena saya meniti karir dari wartawan, dan tahun 2009 menyelesaikan S1, dan tamat doktor 2020. Maka saya berbicara mengenai pendidikan dan tidak mau mengarang tentang pendidikan,”terang Dr Suryanto.,SH,MH.MKn.

Dan saya lanjutkan lagi contoh keponakan saya yang sedang menyelesaikan study kedokteran di Rusia , jadi di luar negri itu sudah tidak ada lagi seperti kita di indonesia bedah mayat. Kita disini Masuk mayat di kamar mayat, masuk anak-anak PPDS yang untuk Spesialis Bedah atau Calon Dokter Umum, itu mayat di bedah bedah oleh mereka untuk praktek. Ini contoh A1 keponakan saya sedang smester III di Rusia dan Dia tidak mau kembali ke Indonesia setelah tamat,”ujar Dr Suryanto.

Contoh kasus lagi yang terjadi di Indonesia, untuk masuk sekolah Negeri saja sulit harus melalui Zonasi, jadi omong kosong jika kita berbicara mengenai Indonesia Emas 2045 jika pendidikan tidak dibenahi. Apakah Nadiem Makarim cocok menjadi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia??

Bahkan saya sendiri pernah menulis, agar Nadiem Makarim di pecat dari Mentri kepada Bapak Presiden, karena yang seharusnya Mentri Pendidikan itu adalah seorang Profesor bukan dari pengusaha digital atau Grab jadi salah negri kita ini. Jadi bagaimana kita akan mencapai Indonesia Emas jika seperti ini.
Itulah semua tugas Wartawan, harus mampu mencari akar permasalahan jangan masuk ketengah-tengah,”urai Ketum PWRI.

Jangan menjadi wartawan yang hanya.. e, Kepala Sekolah Lo makan dana Bos. e, Kepala Pekon Lo makan ADD. Melainkan kita harus mampu menguraikan akar permasalahan nya saudara-saudara. Sebab kepala Pekon saja jika tidak memiliki uang Dia tidak akan jadi.

Siapa yang salah?????
Ya pemilih saudar-saudara, coba jadi kepala Pekon tidak menghamburkan uang, bagi-bagi amplop. jadi Bupati jadi Gubernur. Dan itulah yang perlu kita sadari bersama, jika kita memiliki cita-cita yang baik untuk bangsa ini, kedepan untuk menjadi Indonesia Emas di tahun 2045,”ungkap Ketum PWRI di momen pengukuhan DPD & DPC se-Lampung.

Dimomen terakhir penyampaian Dr Suryanto.,SH,MH.MKn. selaku Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Wartawan Republik Indonesia juga berpesan,” penting bagi para pengurus dan anggota PWRI, jangan bercerita Lintas suku, Lintas Agama NKRI satu. Tetapi tidak mengerti Ndak paham apa itu yang dijalankan semboyan tersebut.

Sekali lagi saya sampaikan kita harus menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia dari gangguan orang-orang asing yang memecah belah sejarah bangsa kita, karena hal ini yang harus kita tularkan kepada saudara-saudara kita masyarakat Indonesia, melalui syiar media tulisan, posting di media resmi di portal yang resmi dan jangan asal tulis bahkan menyesatkan, karena ingat kemudian hari jangan sampai tulisan kita menjadi dosa. Karena kelak di peristirahatan terakhir kita sendiri yang akan mempertanggung jawabkan, tiada satupun yang bisa mampu membantu.

Sehingga dalam sajian pemberitaan janganlah dzolim kepada pejabat-pejabat negara baik pusat maupun daerah, tetapi kritik sosial itu penting tetap sebagai kontrol sosial,”tandasnya.

*RBL

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *